LAPORAN HASIL
PRAKTIKUM
PEMBUATAN TAPAI KETAN
PUTIH
Oleh:
ELA NURYANTI
(12 )
REKA DONA
SAVITA NUGRAINI (21)
PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPTD SMP NEGERI 1 GROGOL
TAHUN AJARAN
2012/2014
Laporan Hasil Praktikum
FERMENTASI PADA PEMBUATAN
TAPAI KETAN PUTIH
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah hirobbil ‘alamin, atas rahmat Allah SWT pertama-tama marilah kita
panjatkan puja serta puji kepada-Nya yang telah memperkenankan kami menyusun
makalah ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT melimpahkan kecurahan kepada
junjungan kami Baginda tercinta Rasulullah SAW. sehingga makalah tentang “LAPORAN
PEMBUATAN TAPAI KETAN PUTIH” ini dapat selesai tepat waktu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu,
saran dan sumbangan ide yang bersifat membangun dan dapat meningkatkan kualitas
ini di masa yang akan datang.
Mempertimbangkan dan mengkaji beberapa saran dan masukan para Orang Tua/Ibu
kami, maka penyajian makalah laporan pembuatan “Tapai Ketan Putih” ini sesuai dengan yang kami
lakukan dengan hati-hati dan selektif.
Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul kesimpangan selain itu makalah ini yang
tampil sedemikian rupa mempunyai harapan agar siswa dapat memacu aktivitas
belajar secara sistematis, taktis dan ringkas, sehingga menjadi siswa yang
pintar dan terampil.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dan yang telah memberi dorongan khususnya kepada guru pelajaran
biologi, dan kepada narasumber yang telah memberikan pengetahuannya kepada kami
untuk membuat tape ketan hitam.
Kehidupan manusia semakin berkembang seiring adanya
bioteknologi melalui makalah inni, kami ingin menjelaskan sacara sederhana
tentang proses pembuatan tape khususnya bagi generasi muda. Makalah ini
membantu untuk lebih jauh mengatahui tentang proses pembuatan tape singkong.
Bagai pepatah mengatakan “tak ada gading yg tak retak”
demikian pula dengan makalah ini tentu banyak kekurangan, karena itu kepada
para pembaca dan khususnya guru mata pelajaran ini mohon untuk memberikan
kritik agar wawasan kami bertambah baik. Semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
Reka Ela
BAB I
1.1
Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..…………..1
BAB I
1.1 Sistematika Penulisan……………………………………………………………………..2
1.2. Landasan
Teori……………………………………………………………….…..…………3
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..3
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………4
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………………………….4
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………………………….4
1.6 Metode Penelitian…………………………………………………………………………..4
BAB II
a). PENGAMATAN PROSES
FERMENTASI PADA TAPAI KETAN PUTIH………….…..6
b). HASIL
PENGAMATAN:………………………………………………………………………8
c). ANALISIS
HASIL PENGAMATAN……………………………………………………8
BAB III
1.
Kesimpulan…………………………………………………………………15
2.
Saran ……………………………………………………………………….17
BAB IV.
Daftar Pustaka……………………………………………………………….…17
1.2. Landasan
Teori
Fermentasi
berarasal dari bahasa latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring
perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang
melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut
metabolit primer dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Pada
mulanya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan
glukosa menjadi alkohol yang berlangsung secara anaerob. Namun kemudian istilah
fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang
dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan kata
lain, fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik
dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis.
Salah
satu pemanfaatan bioteknologi secara tradisional adalah pembuatan tape. Tapai
(sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia
yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat,
seperti singkong dan ketan. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan
hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari ketan hitam maupun ketan
putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan". Kali ini
kami akan meneliti tentang proses fermentasi tapai putih secara lebih spesifik.
Dalam
proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti
Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp.,
Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan lain-lain. Tapai
hasil fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis
keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.
Umumnya,
tapai diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan
pencuci mulut. Tapai merupakan makanan selingan yang cukup popular di Indonesia
dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tapai, tapai ketan dan tapai
singkong. Tapai memilikirasa manis dan sedikit mengandung alcohol, memiliki
aroma yang menyenangkan,bertekstur lunak dan berair.Tapai sebagai produk
makanan cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut setelahkondisi optimum
fermentasi tercapai, sehinnga harus segera dikonsumsi. Namun demikian jika
disimpan dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan selama dua
minggu. Hasil dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang
tidak enak lagi untuk dikonsumsi.
Ragi
Tapai Starter yang digunakan untuk produksi tapai disebut ragi, yang umumnya
berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak diperlukan
peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan
pada umumnya tetap menjadi rahasia di setiap pengusaha ragi. Ragi
dipanen setelah 2-5 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Produk akhir
akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada
faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan maupun
kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Namun demikian pada ragi yang dibuat pada
musim hujan akan dapat dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam jumlah yang
lebih banyak dan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama.
Rasa asam pada tape timbul karena
perlakuan-perlakuan (proses) yang kurang teliti, seperti penambahan ragi yang
berlebihan dan penutupan yang kurang rapat pada saat fermentasi. Selain itu,
rasa asam pada tape juga disebabkan oleh terjadinya proses fermentasi yang
berlangsung terlalu berlanjut.
Ragi tape sangat diperlukan dalam pembuatan tape tersebut. Ragi tape yang sudah rusak tidak baik digunakan dalam pembuatan tape. Oleh sebab itu harus dipergunakan ragi tape yang masih dalam keadaan baik.
Ragi tape sangat diperlukan dalam pembuatan tape tersebut. Ragi tape yang sudah rusak tidak baik digunakan dalam pembuatan tape. Oleh sebab itu harus dipergunakan ragi tape yang masih dalam keadaan baik.
1.3 Rumusan
Masalah
a).
Bagaimana cara membuat tapai ketan putih?
b). Apa saja
bakteri yang berperan dalam pembuatan tapai ketan putih?
c).
bagaimana peran bakteri tersebut dalam proses fermentasi?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas IPA yang diberikan
kepada siswa kelas
IX SMPN I GROGOL dalam rangka melengkapi syarat kelulusan tahun ajaran
2013/2014.
2. Tujuan
Khusus
a). Untuk
mengetahui salah satu penerapan Bioteknologi yaitu pembuatan tape ketan putih;
b). Untuk
mengetahui bakteri-bakteri yang berperan dalam proses fermentasi ketan putih;
c). Untuk
mengetahui peran bakteri tersebut dalam proses fermentasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini kami harapkan
dapat membawa manfaat yang secara umum yang dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
a).
Manfaat Teoritis
- Tercapainya tujuan penelitian kami di atas,
maka akan memberi dukungan kepada kami untuk
lebih mengetahui pekembangan bioteknology konvensional;
- Dapat dijadikan referensi untuk melakukan
penelitian yang serupa bagi siswa yang akan melakukan penelitian.
b).
Manfaat Praktis
-Bagi Remaja
Dapat memanfaatkan dan mengembagkan bioteknology
konvensional;
- Bagi Peneliti
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
dari hasil penelitian mengenai perkembangan bioteknology konvensional dan
hubungannya dengan pembuatan tapai ketan putih.
2. Sebagai sarana belajar serta penerapan ilmu
pengetahuan yang telah didapatkan.
- Bagi Institusi Pendidikan
1. Untuk meningkatkan koleksi riset penelitian sehingga
dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan di masa yang akan datang.
2. Sebagai dokumentasi karya ilmiah dalam rangka
pengembangan dan peningkatan taraf pembelajaran di institusi pendidikan.
1.6 Metode
Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Pembuatan tapai
ketan putih oleh Reka Dona dan Ela Nuryanti di rumah Reka Dona.
3.2 Variabel
a)
Variabel Bebas :Penggunaan dan kualitas ragi
b)
Variable terikat : Tapai Ketan
3.3 Metode Pengumpulan
Data
Pada karya ilmiah ini menggunakan
metode pengamatan dan study pustaka.
BAB II
a). PENGAMATAN
PROSES FERMENTASI PADA TAPAI KETAN PUTIH
Kelompok:
No.
|
Nama
|
NIS/No.
Absen
|
Kelas
|
1.
|
ELA NURYANTI
|
11683
|
IX-A
|
2.
|
REKA DONA SAVITA NUGRAINI
|
11694
|
IX-A
|
Hari/Tanggal :Selasa, 18 Maret 2014
Tempat
pelaksanaan :Rumah Reka Dona Savita Nugraini
Alat/Bahan:
1.Ketan 2. Kompor
3. Baskom
4. Wadah Plastik 5. Sendok dan Centong
6. Nampan 7. Pengukus 8. Daun
Pisang
9. Pewarna Makanan 10. Ragi 11. Air
b). HASIL
PENGAMATAN:
Sebelum
Fermentasi
|
Sesudah
Fermentasi
|
|
Tekstur
beras
|
Bentuk
seperti beras lunak
|
Seperti
nasi
|
Air
|
Tidak
ada
|
Ada
(mengandung alkohol)
|
Aroma
|
Tidak
ada
|
Wangi
tape (asam)
|
Rasa
|
Tidak
ada
|
Rasa
manis
|
Tapai ketan putih
menghasilkan tapai yang lembek dengan air yang sedikit, dan memiliki rasa
manis. Tapai ini memiliki bau khas tapai dan sedikit aroma khas daun pisang.
c). ANALISIS
HASIL PENGAMATAN
Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan
tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan
pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan (Wikipedia, 2010). Tape
adalah produk fermentasi yang berbentuk pasta atau kompak tergantung dari jenis
bahan bakunya. Tape dibuat dengan menggunakan starter yang berisi campuran
mikroba. Tape ketan baik ketan putih dan ketan hitam mempunyai tekstur yang
baik karena kadar amilopektinnya tinggi terutama pada jenis tape dari ketan
pulen. Pengolahan lebih lanjut dari tape ketan adalah pembuatan sirop tape dan
anggur tape. Produk ini mempunyai cita rasa dan aroma yang khas, yaitu
gabungan antara rasa manis, sedikit asam dan cita rasa alkohol. Kenaikan kadar
alkohol terjadi akibat proses fermentasi yang terus berlangsung selama
penyimpanan, sedangkan penurunannya karena proses esterifikasi, oksidasi, dan
penguapan.
Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus
terlebih dahulu sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut ditutup dengan
daun dan diinkubasi pada suhu 25-30 °C selama 2 hari sehingga menghasilkan
alkohol dan teksturnya lebih lembut
Oksidasi alkohol disebabkan suasana aerobik yang terjadi
selama waktu penyimpanan. Suasanan aerobik tersebut biasanya diikuti oleh
aktivitas bakteri asetat, sehingga terbentuk asam asetat, yang menjadikan rasa
asam pada brem. Kalau pada waktu penyimpanan tidak ditutup akan menyebabkan
alkohol menguap. Bau asam disebabkan terbentuknya ester etil asetat dari reaksi
alkohol dengan asam asetat yang terbentuk oleh suasana aerob dan bakteri
asetat.
PERANAN MIKROBA
DALAM RAGI
|
|
Jenis Mikroba
|
Peranan
|
Kapang Amilolitik
Ø Mucor
Ø Rhizopus
Ø Amilomycetes
Khamir amilolitik
Ø Endomycopsis
Khamir
Nonamilolitik
Ø Saccharomyces
Ø Hansenula
Ø Endomycopsis
Ø Candida
Bakteri asam laktak
Ø Pediococcus
Bakteri Amilolitik
Ø Bacillus
|
Ø Penghasil sakarida dan cairan
Ø Penghasil sakarida dan cairan
Ø Penghasil sedikit sakarida dan cairan
Ø Penghasil sakarida dan abu yang lemah
Ø Penghasil alkohol
Ø Penghasil aroma yang menyegarkan
Ø Penghasil bau yang khas
Ø Penghasil bau yang khas
Ø Penghasil asam laktat
Ø Penghasil sakarida
|
Sebelum praktikum, hal yang pertama dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Adapun alat yang digunakan yaitu:
kompor, panci, daun pisang, pisau, kotak plastic tembus pandang, cobek, baskom. Dan bahan yang diperlukan,
yaitu beras ketan, ragi tape, dan air bersih.
Penggunaan alat dan bahan pada
praktikum ini mempunyai tujuan dan fungsinya masing-masing. Seperti, beras
ketan yang digunakan sebagai bahan dasar dan nantinya sebagai substrat bagi
khamir Saccharomyces cerevisiae dalam proses fermentasi. Ragi disini
berfungsi dalam mempercepat fermentasi tape ketan karena pada ragi terkandung
khamir Saccharomyces cerevisiae. Daun pisang digunakan untuk membungkus
ketan yang telah dicampur ragi agar dapat berlangsung fermentasi karena apabila
telah dibungkus suasananya akan bersifat anaerob. Serta penggunaan cobek digunakan untuk mengubah tekstur
ragi yang digunakan yang semula padat (bergelontongan) menjadi serpihan yang
kecil-kecil. Selain itu alat dan bahan lain yang digunakan seperti: kompor,
pisau, panci, air bersih, dll berguna nantinya baik dalam proses pengukusan,
pendinginan sampai akhirnya tapai itu dikemas dan disimpan.
Adapun perlakuan yang dilakukan selama proses pembuatan
tape, hal yang pertama dilakukan yaitu merendam beras ketan (ketan hitam dan
ketan putih) selama beberapa jam. Selama proses perendaman, beras ketan
mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua
kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 % (Anonim, 2010).
Selanjutnya beras ketan yang telah direndam, dikukus sampai
matang, lalu diangkat. Pengukusan disini bertujuan untuk membunuh
bakteri-bakteri kontaminan. Setelah matang campuran diangkat, lalu didinginkan
di atas baskom, kemudian diberi ragi yang telah dihaluskan terlebih dahulu,
diaduk sampai merata. Pendinginan ini bertujuan agar suasana ketan yang akan
diberi ragi tidak lembab sehingga tidak mudah terkontaminasi mikroorganisme
yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan tape tersebut rusak atau gagal
(busuk). Sedangkan penambahan ragi bertujuan untuk mempercepat proses
fermentasi karena dalam bahan dasar dari ragi tersebut yaitu khamir Saccharomyces
cerevisiae. Setelah itu campuran dimasukkan ke dalam wadah yang telah
diberi alas daun pisang, lalu tutup kembali dengan daun pisang. Lalu disimpan selama 2 hari
(difermentasikan). Tujuan pembungkusan dengan daun pisang adalah agar
suasananya menjadi anaerob karena proses fermentasi dapat berlangsung jika
suasannya anaerob. Selain itu daun pisang juga bagus digunakan karena untuk
kebutuhan aerasi selama proses fermentasi, dimana proses fermentasi tersebut
akan menghasilkan gas CO2.
Pada praktikum digunakan ketan putih sebagai bahan dasar
yang telah diberi perlakuan dari proses perendaman, pengukusan, pendinginan,
dan pembubuhan ragi agar nantinya menjadi tape dan yang terakhir yaitu
pembungkusan dengan daun pisang yang kemudian di diamkan pada suhu kamar 2 hari
(difermentasikan). Adapun data hasil praktikum yang diperoleh dari hasil
praktikum ini yaitu ditinjau dari segi uji organoleptik berupa tekstur, aroma
dan rasa dari produk akhir yang dihasilkan.
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran
daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai
peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat
memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari
produk (Wikipedia, 2010).
3. Tekstur
Tekstur
tape ketan putih dan ketan hitam dinilai melalui cara menekan butiran
tape dengan menggunakan jari dan dikunyah. Hasil yang diperoleh dari tape mengalami perubahan tekstur.
Tape ketan putih memiliki
tekstur lembek, ini disebabkan proses pengukusan ketan hitam cukup matang, sehingga teksturnya lembek.
Ketan putih yang telah matang dihidrolisis
oleh mikroorganisme dengan enzim karbohidrase dalam ragi melalui proses fermentasi.
4.
Air
tape yang dihasilkan Air tape atau brem (dalam bahasa
Bali) yang dihasilkan pada waktu fermentasi sangat sedikit, hasil ini
didasarkan atas perbandingan volume bahan tape dan air tape yang dihasilkan.
5. Aroma
Ditinjau
dari aroma, tape ketan putih dan sedikit beraroma daun pisang. Daun pisang
digunakan sebagai alas di bagian dalam bawah, samping. Fermentasi menghasilkan
kenaikan suhu yang menyebabkan lisinya sel-sel daun pisang dan mengeluarkan
senyawa beraroma khas. Banyaknya senyawa aromatic yang terakumulasi menyebabkan
perubahan aroma. Aroma tape yang seharusnya tercium tertutupi oleh aroma daun
pisang. Selain itu kedua tape juga mengeluarkan aroma yang normal yaitu tercium
aroma manis.
6. Rasa
Rasa manis pada tape ketan ini karena terjadi
perubahan dari karbohidrat yaitu berupa pati dihidrolisis oleh mikroorganisme
dalam ragi dipecah menjadi glukosa. Glukosa menimbulkan rasa manis pada tape
ketan. Semakin banyak glukosa yang dihasilkan maka semakin tinggi rasa manis
yang ditimbulkan. Pembentukkan glukosa merupakan tahapan suatu rangkaian proses
yang panjang. Dalam pemanfaatan proses fermentasi ini agar mendapatkan rasa
tape yang manis harus dikonsumsi pada waktu yang tepat yaitu sekitar 2-3
hari setelah pemeraman. Mula-mula Amylomyces rouxii akan merombak
pati (amilopektin) menjadi gula kemudian Saccharomyces cerevisiae akan
mengubah gula menjadi alkohol dan Hansenullan membentuk aroma. Jika ada
alkohol maka bakteri asam asetat akan muncul dan menjadikan tape berasa masam
(Anonim, 2011). Cepat tidaknya tape tersebut masam tergantung lama fermentasi
dan jumlah bakterinya.Pembuatan tape ketan ini tidak terlepas dari proses
fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses penghasilan energi utama dari berbagai
mikroorganisme yang hidup dalam keadaan anaerob (Campbell;
Recee; Mitchell. 2003).
Dalam keadaan anaerob asam piruvat tidak dirubah menjadi Asetil-KoA
tetapi akan dirubah menjadi etanol (etil alcohol) dalam 2 langkah. Langkah
pertama dengan melepaskan CO2 dari piruvat, yang diubah menjadi
senyawa asetal dehida berkarbon 2. Dalam langkah kedua, asetal dehida direduksi
oleh NADH menjadi etanol. Hal ini bertujuan untuk meregenerasi pasokan NAD+
yang dibutuhkan untuk glikolisis.Enzim yang mengkatalisis adalah karboksilase
dan dehidrogenase. Dalam fermentasi glukosa menjadi alkohol hanya dihasilkan
2-ATP. Respirasi dilakukan secara anaerob yang secara umum dikatakan sebagai
fermentasi seperti yang telah diungkap diatas bahwa kandungan ketan sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba. Saccharomyces cerevisiae dalam keadaan
anaerob akan mengubah gula menjadi senyawa etanol dan karbondioksida.
Oleh bakteri Acetobacter etanol akan dirubah menjadi asam cuka dan air
dalam keadaan aerob.
Adapun reaksi perubahan glukosa menjadi alcohol dan alcohol
menjadi asam asetat sebagai berikut.
C6H12O6+saccharomyces 2 C2H5OH
+ 2CO2
C2H5OH +
O2 +acetobacter CH3COOH + H2O
BAB III
1.
Kesimpulan
Pembuatan tape memerlukan kecermatan
dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak
karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tape. Agar pembuatan tape
berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yangdigunakan harus bersih,
terutama darilemak atauminyak . Alat-alat yang berminyak
jika dipakai untuk mengolah bahan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih; menggunakan
air hujan bisa mengakibatkan tape tidak berhasil dibuat.
Keunggulan·
Tape :
Fermentasi tape dapat meningkatkan
kandungan Vitamin B1(tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh
system saraf ,sel otot, dansistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung
berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi,
tape dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tape diketahui
mengandung bakteri asam laktatsebanyak ± satu juta per mililiter
atau gramnya.
Produk fermentasi ini diyakini
dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan,
karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah
bakteri jahat. Kelebihan lain dari tape adalah kemampuannya mengikat dan mengeluarkanaflatoksindari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik
atau racun yang dihasilkan olehkapang, terutama. Toksik ini banyak kita jumpai dalam
kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap.
Konsumsi tape dalam batas normal diharapkan
dapat mereduksi aflatoksin tersebut. Di beberapa
Negara tropis yang mengkonsumsi singkong sebagai karbohidrat
utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong
mengandungsianida yang bersifat toksik dalam tubuh manusia. Konsumsi
tape dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme yang berperan dalam
fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12.
Kelemahan
tape
Konsumsi tape yang berlebihan dapat
menimbulkan infeksi pada darah dan gangguansistem pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri yang digunakandalam
pembuatan tape berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang dengan sistem imun yang terlalu lemah seperti anak-anak balita, kaum
lanjut usia, atau penderita HIV. Untuk mengurangi dampak negatif
tersebut, konsumsi tape perlu dilakukan secara terkendali dan pembuatannya
serta penyimpanannya pun dilakukan dengan higienis.
Pembuatan tempe dan tape (baik tape
ketan maupun tape singkong) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di
Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna,
mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang
sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
Produk fermentasi mengandung energi
kimia yang tidak teroksidasi penuh tetapi tidak dapat mengalami metabolisme
lebih jauh tanpa oksigen atau akseptor elektron lainnya (yang lebih
highly-oxidized) sehingga cenderung dianggap produk sampah (buangan).
Konsekuensinya adalah bahwa produksi ATP dari fermentasi menjadi kurang
effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat teroksidasi
penuh menjadi karbon dioksida.
Fermentasi menghasilkan dua molekul
ATP per molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan
respirasi aerobik.
Walaupun fermentasi sangat membantu
dalam waktu pendek dan intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan
dalam jangka waktu lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh,
pada manusia, fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30
detik hingga 2 menit
2. Saran
1).
Dalam pembuatan tape sebaiknya selalu bekerja dalam keeadaan steril agar tape
tidak terkontaminasi oelh mikroba lain yang mampu mengubah cita rasa tape dan
menjadikannya tidak enak.
2).
Dalam membungkus tape harus dalam keadaan benar-benar rapat, tidak ada udara
yang bias masuk. Karena fermentasi pada tape berlangsung anaerob.
3).
Pengukusan tape harus benar-benar matang agar tape yang dihasilkan kualitasnya bagus dan tidak keras.
4).
Pemberian ragi harus dengan takaran yang sesuai.
5).
Sebelum menaburkan ragi, ketan yang sudah dimasak harus didinginkan terlebih
dahulu, agar mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi tape tidak mati oleh
suhu yang panas.
BAB IV
Daftar Pustaka
Anonim.
2011. Mikrobiologi dan Biokimia Pembuatan Tape.
http://permimalang.wordpress.com/2008/04/11/mikrobiologi-dan-biokimia-tape/
[diakses: Selasa, 18 Maret 2014]
Campbell,
Reece, Mitchel. 2003. Biologi, Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Ristiati. 2000. Mikrobiologi Dasar. Singaraja.
STKIP
Wikipedia.
2010. Tapai. http://id.wikipedia.org/wiki/tapai
[diakses: Selasa, 18 Maret 2014]
permisi, mohon maaf sebelumnya, apa saya boleh minta softcopy nya?
BalasHapusMakasih telah membantu
BalasHapusTes
BalasHapusPermasalahan nya
BalasHapus